MODUL 2.1
Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Pengantar pembelajaran.
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak yang mampu:
- menunjukkan pemahaman tentang konsep pembelajaran untuk semua murid;
- mendemonstrasikan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan;
- menjelaskan pentingnya mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan belajar murid;
- menganalisis penerapan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk;
- membuat dan mengimplementasikan Rencana Pembelajaran Berdiferensiasi dalam konteks pembelajaran di sekolah atau kelas mereka sendiri;
- menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil risiko dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
MODUL 2.2
Pembelajaran Sosial Emosional
Bapak/Ibu CGP, selamat datang dalam modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Modul ini merupakan bagian dari Paket Modul 2 yang bertujuan memperkuat paradigma dan praktik pembelajaran yang berpihak pada murid.
Dalam modul 2.1, Bapak/Ibu belajar bagaimana membagun pengalaman belajar dan lingkungan belajar dengan menanggapi atau merespons kebutuhan belajar murid agar murid dapat mencapai tujuan pembelajarannya. Dalam modul 2.2 ini, Bapak/Ibu akan belajar bagaimana menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional murid.
Mengapa PSE semakin mendesak untuk kita terapkan dan praktikkan? Kita tentu memahami serta menyadari pentingnya perkembangan murid secara holistik; bukan hanya intelektual, tetapi juga fisik, emosional, sosial, dan karakter. Meningkatnya jumlah kasus perundungan, tawuran, referensi obat-obatan terlarang, pernikahan usia dini dan kehamilan di bawah usia, murid yang memiliki motivasi belajar rendah hingga putus sekolah, murid dengan gangguan emosional seperti stres, kecemasan, depresi, bahkan kasus bunuh diri pada usia remaja , menunjukkan masih lemahnya perkembangan sosial dan emosional para murid kita. Maka, pembelajaran yang dapat menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional murid adalah sebuah urgensi dalam proses pendidikan kita.
Sebagai pendidik dan tenaga kependidikan yang memilih untuk menjadi pendidik, yang mendampingi murid di sekolah sepanjang hari, kita patut memikirkan bagaimana membimbing mereka untuk mencapai kodratnya, bagaimana membimbing mereka agar dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, hingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya.
Di situlah letak urgensi PSE untuk mendorong tumbuh kembang murid secara holistik. Pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dalam modul ini, kita akan mengeksplorasi PSE melalui empat indikator yaitu, pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan pendidik KSE dan tenaga kependidikan (PTK) melalui keteladanan, proses belajar, dan kolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah.
Bapak/Ibu CGP, lima KSE bukanlah sesuatu yang baru bagi Bapak/Ibu. Contohnya, saat mempelajari modul-modul PGP ini, Bapak/Ibu sedang menerapkan lima KSE. Melalui fase mulai dari diri dan berbagai refleksi dalam pembelajaran, Bapak/Ibu diajak untuk menerapkan kesadaran diri KSE. Dengan mengatur diri agar dapat menjalankan tugas sebagai CGP sekaligus sebagai guru di sekolah, Bapak/Ibu menerapkan KSE manajemen diri. Dengan membangun pemahaman tentang konteks kelas dan sekolah sebelum menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pelatihan, Bapak/Ibu menerapkan kesadaran sosial dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dengan berkolaborasi dengan sesama rekan CGP, rekan sejawat, dan pemimpin di sekolah maupun komunitas, Bapak/Ibu menerapkan keterampilan berelasi KSE.
Melalui pembelajaran dalam modul 2.2 ini, kami berharap Bapak/Ibu semakin memahami konsep dan implementasi PSE yang lebih sistematik, holistik, kolaboratif dalam ekosistem sekolah.
Selamat belajar, berubah, berbagi, dan terus bergerak dan bergerak untuk kemajuan pendidikan Indonesia!
Salam hangat,
Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu:
- Menjelaskan pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
- Menjelaskan bagaimana penerapan konsep pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
- Mempraktikkan konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE).
- Mengimplementasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) melalui pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (pendidik dan tenaga kependidikan) di sekolah.
MODUL 2.3
Pembinaan Untuk Supervisi Akademik
Pengantar pembelajaran.
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu:
- menjelaskan konsep pembinaan secara umum;
- membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring , konseling, fasilitasi, dan training;
- menjelaskan konsep pembinaan dalam dunia pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat);
- menjelaskan paradigma berpikir pembinaan dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi;
- menjelaskan prinsip- prinsip pembinaan dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi;
- antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip pembinaan dengan supervisi akademik;
- membedakan antara pembinaan , kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat;
- melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA;
- menanamkan tiga kompetensi inti coaching : kehadiran coaching , mendengar aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching ;
- menjelaskan perjalanan percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi;
- memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip dan pembinaan ;
- mempraktikan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir pembinaan.